21.35
0




SEJARAH MUSEUM KONFERENSI
ASIA AFRIKA

Karya Tulis ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti
Ujian Akhir Nasional (UAN) dan Ujian Akhir Sekolah (UAS)
pada SMP Negeri 1 Karangsambung
Tahun Pelajaran 2014/2015


Disusun oleh :
1.   Gus Hanifah Nur Anisya           (14)
2.      Rina Puspita Ningtiyas               (24)
3.      Rina Rosidah                               (25)


SMP NEGERI 1 KARANGSAMBUNG
KEBUMEN
2014/2015



LEMBAR PENGESAHAN


Karya ilmiah dengan judul “SEJARAH MUSEUM  KONFERENSI ASIA AFRIKA “ ini telah diteliti dan disetujui oleh Guru Pembimbing dan disahkan oleh Kepala SMP Negeri 1 Karangsambung pada :

Hari                             :……………………………………………………
Tanggal                       :……………………………………………………



Mengetahui,
Kepala Sekolah                                                                      Pembimbing

     Drs. S. NUR WIDAYAT                                                                        DJATMIKO P.W
    NIP. 19681207 199903 1 003                                            NIP.



MOTTO

Tiada Hari Tanpa Prestasi
Carilah Ilmu Hingga Ke Negeri China
Kegagalan Adalah Keberhasilan yang Tertunda
Buku Adalah Jendela Dunia
Gantungkan Cita-citamu Setinggi Bintang Dilangit 
Fighting Poverty Through Education
Dream, Believe, Achieve
A Big Journey Begins With Little Step
Lets Make Better Mistakes Tommorow 



PERSEMBAHAN


Karya ilmiah ini saya persembahkan kepada:
v  Allah SWT. 
v  Ayah dan Ibu tercinta. 
v  Guru Pembimbing serta Bapak Kepala Sekolah SMP Negeri 1Karangsambung.
v   Bapak dan Ibu Guru SMP Negeri 1Karangsambung.
v  Teman-teman di SMP Negeri 1Karangsambung.
v  Pembaca yang budiman



KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan Hidayahnya–Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah dalam rangka syarat untuk memenuhi salah satu tugas akhir semester dan tugas akhir dalam menempuh Ujian Nasional (UN) tahun pelajaran 2014/2015. Selesainya penyusunan laporan ini atas bantuan dan dukungan berbagai pihak oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya terutama kepada :
      1.      Bapak Drs. S. Nur Widayat, selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Karangsambung.
      2.      Bapak Djatmiko P.W, selaku pembimbing karya ilmiah.
3.     Bapak / Ibu Guru, Staff TU dan para Panitia Study Wisata                                      SMP Negeri 1 Karangsambung yang selalu membimbing dan mengarahkan penulis dalam program kegiatan ini.
4.      Semua pihak yang telah memberikan motivasi dan sumbang saran serta pemikirannya sehingga terselesaikannya karya ilmiah ini.
Akhirnya Semoga Allah SWT membalas amal baiknya, dan penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya.
Karangsambung, Januari 2015

Penyusun




DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................... ii
MOTTO..................................................................................................................... iii
PERSEMBAHAN..................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................. v
DAFTAR ISI............................................................................................................. vi
BAB I : PENDAHULUAN...................................................................................... 1
      A.    Latar Belakang Masalah...................................................................................... 1
      B.     Perumusan Masalah............................................................................................. 2
      C.     Tujuan Penelitian................................................................................................. 2
      D.    Langkah – Langkah Penelitian............................................................................ 2
      E.     Manfaat Penelitian............................................................................................... 3
BAB II : PEMBAHASAN....................................................................................... 4
         Museum Konferensi Asia Afrika............................................................................. 4
BAB III : PENUTUP................................................................................................ 11
      A.    Kesimpulan.......................................................................................................... 11
      B.     Saran – saran........................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 12





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Laporan ini mempunyai latar belakang masalah tentang sejarah Konferensi Asia Afrika. Konferensi Asia Afrika Tingkat Tinggi ( di singkat KTT Asia Afrika atau KAA, kadang juga di sebut konferensi Bandung) adalah sebuah konferensi antara negara – negara baru saja memperoleh kemerdekaan.
Sebelum perang dunia II, negara – negara dunia ketiga yang berada di kawasan benua Asia Afrika umumnya adalah daerah jajahan. Namun setelah berakhirnya perang dunia II pada agustus 1945, tidak berarti berakhir pula situasi permusuhan di antara bangsa -- bangsa di dunia dan tercipta perdamaian dan keamanan. Ternyata di belahan bumi di beberapa peloksok dunia masih ada masalah dan muncul masalah yang mengakibatkan permusuhan yang terus berlangsung.
Sementara itu bangsa – bangsa di dunia, terutama bangsa – bangsa Asia Afrika, sedang di landa kekhawatiran akibat makin di kembangkannya pembuatan senjata nuklir yang bisa memusnahkan umat manusia. Situasi dalam negeri di beberapa negara Asia Afrika yang telah merdeka pun masih terjadi konflik antar kelompok masyarakat sebagai akibat masa penjajahan ( politik devide et impera ) dan perang dingin antar blok dunia tersebut.
Walaupun pada masa itu telah ada badan internasional yaitu Perserikatan Bangsa – Bangsa ( PBB ) yang berfungsi menangani masalah – masalah dunia, namun nyatanya badan ini belum berhasil menyelesaikan persoalan tersebut. Sedangkan kenyataannya, akibat yang di timbulkan oleh masalah – masalah ini, sebagian besar di derita oleh bangsa – bangsa di Asia Afrika.
Bangsa Indonesia menjunjung tinggi perdamaian dunia sebagaimana amanat Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945. Karenanya, bangsa Indonesia selalu ingin menciptakan perdamaian dunia. Usaha Indonesia ternyata mendapat dukungan dari empat negara Asia, yaitu India, Pakistan, Burma (Myanmar) dan Srilanka yang kemudian menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika antara 18 – 24 April 1955, di Gedung Merdeka, Bandung yang di koordinasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia, Sunario dengan tujuan  mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia – Afrika dan melawan kolonialisme dan neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis lainnya.
Kondisi tersebutlah yang mendorong negara – negara yang baru merdeka untuk menggalang persatuan dan mencari jalan keluar demi meredakan ketegangan dunia dan memelihara perdamaian.

B.     Perumusan Masalah
1.         Bagaimana museum Konferensi Asia Afrika ?
2.         Bagaimana Sejarah Konferensi Asia Afrika ?
3.         Apakah Manfaat Konferensi Asia Afrika Bagi Indonesia dan Negara – Negara Asia Afrika lainnya?

C.    Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulis dalam penelitian di museum Konferensi Asia Afrika adalah sebagai berikut :
1.        Untuk mengetahui Museum Konferensi Asia Afrika yang ada di Bandung
2.        Untuk mengetahui sejarah Konferensi Asia Afrika
3.        Untuk memenuhi salah satu Tugas Akhir Sekolah

D.    Langkah – langkah Penelitian
Adapun langkah – langkah yang penulis tempuh dalam penelitian di museum Konferensi Asia Afrika  ialah sebagai berikut :

1.      Penentuan Lokasi Peneltiian
Dalam hal ini penulis menentukan lokasi penelitian di Museum Konferensi Asia Afrika, Bandung dengan alasan :
a.         Adanya relevansi dengan masalah yang penulis bahas
b.        Menghindari hal – hal seperti copy paste Laporan Study Wisata dari tahun – tahun sebelumnya.


2.      Jenis Data
Di tinjau dari jenisnya, data dapat di kategorikan menjadi dua bagian, yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Dalam hal ini penulis menentukan jenis data kualitatif. Data kualitatif adalah data yang berhubungan dengan karakteristik misalnya, baik, sedang, kurang baik dan tidak baik. Untuk memperoleh data kualitatif penulis melakukan kegiatan Observasi ( Penelitian ).
3.      Sumber Data
Sumber data di kategorikan menjadi data primer dan data sekunder. Dalam hal ini penulis menentukan sumber data sekunder yang di ambil dari berbagai buku, internet dan Informasi dari pemandu wisata saat peelitian berlangsung serta tulisan – tulisan yang relevan sesuai dengan judul penelitian.
4.      Pengumpulan Data
Dalam penulisan penelitian yang tertuang dalam Laporan ini, penulis menggunakan tekhnik – tekhnik penulisan yaitu sebagai berikut :
a.       Obsevasi
Observasi adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan terhadap objek, baik secara langsung maupun tidak langsung.Observasi ini bertujuan untuk mengumpulkan data-data yang diinginkan penulis tetang sejarah Museum Asia Afrika.
b.      Studi Pustaka
Tekhnik penulis lakukan dengan melalui penelaahan atau mempelajari buku-buku sumber yang ada kaitannya dengan masalah-masalah yang sedang penulis teliti hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data teoritis yang akhirnya dapat mendukung kebenaran data yang diperoleh melalui penelitian empiric serta dapat mendukung terhadap pemikiran-pemikiran yang diajukan.
  1. Manfaat Penelitian
    Adapun Manfaat Penelitian ini adalah :
1.      Dapat mengetahui bagaimana cara membuat Laporan
2.      Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan yang luas dari luar sekolah

BAB II
PEMBAHASAN

  Museum Konferensi Asia Afrika
Museum Konferensi Asia Afrika (KAA) atau Gedung Merdeka merupakan Museum Sejarah Politik Luar Negeri Republik Indonesia yang berlokasi di Jl. Asia Afrika No. 65 Bandung. Gedung yang digunakan sebagai ruang tata pameran museum  dibangun pada tahun 1940 oleh Arsitek A.F. Aalbers dengan gaya arsitektur Moderism with Art Deco Influences. Sedangkan Gedung Merdeka, dibangun untuk pertamakalinya pada tahun 1895 dan selanjutnya secara berturut-turut pada tahun 1920 dan 1928 gedung tersebut direnovasi kembali sehingga menjadi gedung dalam bentuknya yang  sekarang. Pembangunan gedung ini dirancang oleh dua arsitek berkebangsaan Belanda bernama VAN GALLEN LAST dan CP. WOLFT SCHOEMAKER, Profesor di Techniche hogeschool atau ITB sekarang. Di gedung inilah Konferensi Asia Afrika berlangsung pada tanggal 18-24 April 1955.
Pendirian Museum KAA merupakan gagasan dan prakarsa Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmaja, SH.,LL.M. Sebagai Menlu RI (1978-1988) beliau kerap bertatap muka dan berdialog dengan para pemimpin Negara dan Bangsa Asia Afrika. Dalam kesempatan tersebut, beliau sering memperoleh pertanyaan tentang Gedung Merdeka dan Kota Bandung. Berulangkali pembicaraan tersebut diakhiri oleh pernyataan keinginan mereka untuk dapat mengunjungi kota Bandung dan Gedung Merdeka. Terilhami oleh hal tersebut, maka muncullah gagasan untuk mengabadikan Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 sebagai  tonggak terbesar keberhasilan politik luar negeri Indonesia.  Jiwa, semangat dan pengaruh KAA telah menyebar ke seluruh dunia, terutama bumi Asia Afrika, sehingga mereka ingin bernostalgia mengunjungi tempat diselenggarakannya.

Gagasan tersebut di aktualisasikan dalam bentuk pendirian Museum KAA di Gedung Merdeka Bandung. Maka pada kesempatan Forum Rapat Panitia Peringatan 25 tahun KAA tahun 1980 yang dihadiri oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Prof. Dr. Haryati Soebadio sebagai wakil dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dilontarkanlah gagasan pendirian museum tersebut . Gagasan tersebut memperoleh sambutan  baik, terutama dari Presiden Republik Indonesia Soeharto. Sejak itu, salah satu aktivitas Panitia Peringatan 25 tahun Konferensi Asia Afrika adalah mewujudkan rencana tersebut.
Gagasan pendirian museum kemudian diwujudkan oleh Joop Ave, sebagai Ketua Harian Panitia Peringatan 25 tahun KAA dan Dirjen Protokol dan Konsuler Deplu (1980-1982), bekerjasama dengan Depdikbud, Deppen, Pemda Provinsi  Jawa Barat dan Universitas Padjadjaran. Perencanaan dan Pelaksanaan teknis dikerjakan oleh PT. Decenta Bandung. Museum KAA diresmikan  oleh Presiden Soehato pada tanggal  24 April 1980, sebagai puncak Peringatan 25 Tahun KAA.
1.      Latar Belakang Museum Konferensi Asia Afrika
     Latar belakang di bangunnya museum ini adalah adanya keinginan dari para pemimpin bangsa – bangsa di Asia dan Afrika untuk mengetahui tentang Gedung Merdeka dan sekitarnya tempat Konferensi Asia Afrika berlangsung. Hal ini membuat Menteri Luar Negeri Republik Indonesi, Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H., LL.M memiliki ide untuk membangun sebuah museum. Ide tersebut disampaikannya pada forum rapat Panitia Peringatan 25 tahun Konferensi Asia Afrika (1980) yang dihadiri oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Prof. Dr. Haryati Soebadio sebagai wakil dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kemudian museum ini diresmikan pada tanggal 24 April 1980 bertepatan dengan peringatan 25 tahun Konferensi Asia Afrika.
2.      Nama, Status dan Sifat
Nama Museum ini adalah Museum Konferensi Asia Afrika. Nama tersebut di gunakan untuk mengenang peristiwa Konferensi Asia Afrika yang menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi bangsa – bangsa Asia Afrika.
Museum ini di bangun oleh Pemerintah Republik Indonesia dan berada di bawah wewenang Departeman Pendidikan dan Kebudayaan. Sementara pengelolalanya di bawah koordinasi Departemen Luar Negeri dan Pemerintah Daerah tingkat 1 Provinsi Jawa Barat.
Pada 18 Juni. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ke Departemen Luar Negeri di bawah pengawasan Badan Penelitian dan Pengembangan Masalah Luar Negeri. Pada tahun 2003 di lakukan restrukturisasi di tubuh Departemen Luar Negeri dan Museum Konferensi Asia Afrika di alihkan ke Ditjen Informasi, Diplomasi Publik, dan Perjanjian Internasionnal. Saat ini, UPT Museum Konferensi Asia Afrika berada dalam koordinasi Direktorat Diplomasi Publik. Museum ini menjadi museum sejarah bagi perjuangan politik luar negeri Indonesia.
3.      Tujuan
Tujuan pendirian museum KAA, di rumuskan dalam poin – poin kalimat sebagai berikut :
a.         Menyajikan peninggalan – peninggalan, informasi yang berkaitan dengan KAA, termasuk latar belakang, perkembangan konferensi tersebut, social budaya, da peran bangsa – bangsa, Asia Afrika, khususnya bangsa Indonesia dalam percaturan politik da kehidupan dunia
b.         Mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan buku – buku, majalah, surat kabar, naskah, dokumen, dan penerbian lainnya yang berisi uraian dan informasi mengenai kegiatan dan peranan bangsa – bangsa Asia Afrika dan Negara– Negara berkembang dalam percaturan politik dan kehidupan dunia serta social budaya Negara – Negara tersebut
c.         Melakukan penelitian tentang masalah – masalah Asia Afrika dan Negara– Negara berkembang guna menunjang kegiatan peendidikan dan penelitian ilmiah di kalangan pelajar, mahasiswa, dosen, dan pemuda Indonesia serta bangsa– bangsa Asia Afrika pada umumnya, dan member masukan bagi kebijakan pemerintah dalam kegiatan politik luar negeri
d.        Menunjang upaya – upaya dalam rangka pengembangan kebudayaan nasional, pendidikan generasi muda, dan peningkatan kepariwisataan
e.         Menunjang upaya – upaya untuk menciptakan saling pengertian dan kesatuan pendapat serta meningkatkan volume kerjasama di antara  bangsa – bangsa Asia Afrika dan bangsa – bangsa lainnya di dunia.
4.      Fasilitas
Fasilitas yang ada di museum Konferensi Asia Afrika sebagai berikut :
a.         Ruang pameran tetap
Museum Konferensi Asia Afrika memiliki ruang pameran tetap yang memamerkan sejumlah koleksi berupa benda – benda tiga dimensi dan foto – foto dukumenter peristiwa pertemuan Tug, Konferensi Kolombo, Konferensi Bogor, dan Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Selain itu di pamerkan juga foto mengenai :
Ø       Peristiwa yang melatar belakangi lahirnya Konferensi Asia Afrika
Ø       Dampak Konferensi Asia Afrika bagi dunia Internasional
Ø       Gedung Merdeka dari masa ke masa
Ø       Profil Negara – Negara peserta konferensi Asia Afrika yang di muat dalam multimedia
Dalam rangka menyambut kunjungan Delegasi Konferensi Tingkat Tinggi  Gerakan Nonblok tahun 1992 di mana Indonesia terpilih sebagai tempat konferensi tersebut dan menjadi Ketua Gerakan Nonblok, di buatlah diorama yang menggambarkan situasi pembukaan Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Seperti penataan kembali Ruang Pameran, dan sebagainya. Berikut ini uraiannya :
1.      Penataan kembali Ruang Pameran Tetap “ Sejarah Konferensi Asia Afrika 1955”
Dalam rangka Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika 2005 dan Peringatan 50 Tahun Konferensi Asia Afrika 1955 pada 22 – 24 April 2005, tata pameran Museum Konferensi Asia Afrika di renovasi atas prakarsa Menteri Lar Negeri   Dr. N. Hasan Wirajuda. Penataan kembali Museum tersebut di laksanakan atas kerja sama Departemen Luar Negeri dengan Sekretariat Negara dan Pemerintah Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Dr. N. Hassan Wirajuda. Provinsi Jawa Barat. Perencanaan dan pelaksanaan teknisnya dikerjakan oleh Vico Design dan Wika Realty.
2.      Rencana Pembuatan Ruang Pameran Tetap “Sejarah Perjuangan Asia Afrika” dan Ruang Identitas Nasional Negara-negara Asia Afrika (2008).
Departemen Luar Negeri RI mempunyai rencana untuk mengembangkan Museum Konperensi Asia Afrika sebagai simbol kerja sama dua kawasan dan menjadikannya sebagai pusat kajian, pusat arsip, dan pusat dokumentasi. Salah satu upayanya adalah dengan menambah beberapa ruang pameran tetap, yang memamerkan sejumlah foto dan benda tiga dimensi mengenai Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika (New Asian African Strategic Partnership/NAASP) serta berbagai materi yang menggambarkan budaya dari masing-masing negara di kedua kawasan tersebut.
Pengembangan museum ini direncanakan terwujud pada April 2008, bertepatan dengan Peringatan tiga tahun Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika.

5.      Perpustakaan
Untuk menunjang kegiatan Museum Konferensi Asia Afrik, pada 1985 Abdullah Kamil ( waktu itu Kepala Perwakilan Kedutaan Besar Republik Indonesia di London memprakarsai di buatnya sebuah perpustakaan.


Perpustakaan ini memiliki sejumlah buku mengenai sejarah, social, politik, dan budaya Negara – Negara di Asia Afrika, dan Negara – Negara lainnya. Dokumen mengenai Konferensi Asia Afrika dan Konferensi – konferensi lainnya, serta surat kabar yang bersumber dari sumbangan / hibah dan pembelian.
6.      Audio Visual
Bersamaan dengan berdirinya perpustakaan, di siapkan pula ruang audio visual pada tahun 1985. Ruang tersebut juga di prakaesai oleh Abdullah Kamil.
Ruangan ini menjadi sarana untuk penayangan film – film documenter mengenai kondisi dunia hingga tahun 1950-an, Konferensi Asia Afrika da Konferensi – konferensi lanjutannya, serta film – film mengenai kebudayaan dari Negara – Negara Asia Afrika.


7.      Riset
Museum Konferensi Asia Afriak meningkatkan berbagai studi mengenai Asia Afrika dan luar negeri serta memfasilitasi penelitian – penelitian dalam luar negeri yang di lakukan oleh para penelitian dan mahasiswa.
8.      Aktivitas
Museum Konferensi Asia Afrika Menyelenggarakan :
Ø    Pemandu.
Pemandu dilakukan kepada pengunjung, baik kunjungan resm tamu pemerintah maupun kunjungan kelompok / umum.
Ø    Pameran temporer.
Museum konferensi Asia Afrika menyelenggarakan pameran temporer dalam upaya mengedukasi public berkaitan dengan pelaksanaan politik luar negeri dan sejarah diplomasi Indonesia. Pameran temporer ini di lakukan juga di lokasi – lokasi di luar Museum Konferensi Asia Afrika.
Ø    Komunitas.
Di museum ini terdapat komunitas masyarakat yang di bentuk dan di dukung oleh Museum Konferensi Asia Afrika. Tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan  mengenai sejarah, politik Internasional, wawasan kebangsaan mengingat tantangan yang di hadapi dalam politik luar negeri Indonesia dimasa yang akan dating, dalam diplomasi public naupun diplomasi antarwarga ( citizen diplomacy ). Beberapa kegiatan yang di selenggarakan bekerjasama dengan komunitas diantaranya : Diskusi Buku, Diskusi Film, berbagai Festival, Klab Budaya, Pameran, dan lain – lain.



BAB III
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Dari semua yang telah kami tulis, kami dapat menyimpulkan bahwa Museum Konferensi Asia Afrika merupakan salah satu museum sejarah Politik Luar Negeri republic Indonesia yang berolaki di Gedung Merdeka Bandung. Museum yang memiliki hubungan yang sangat erat dengan Gedung Merdeka.
Di bangunnya Museum Konferensi Asia Afrika adalah adanya keinginan dari para pemimpin bangsa-bangsa di Asia dan Afrika untuk mengetahui tentang Gedung Merdeka dan sekitarnya tempat Konferensi Asia Afrika berlangsung. Hal ini membuat Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H., LL.M memiliki ide untuk membangun sebuah museum. Ide tersebut disampaikannya pada forum rapat Panitia Peringatan 25 tahun Konferensi Asia Afrika (1980) yang dihadiri oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Prof. Dr. Haryati Soebadio sebagai wakil dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kemudian museum ini diresmikan pada tanggal 24 April 1980 bertepatan dengan peringatan 25 tahun Konferensi Asia Afrika.
Oleh karena itu, Objek wisata yang kami kunjungi yaitu, Museum Konfrensi Asia Afrika (KAA) Bandung ini memiliki keindahan dan menyimpan sejarah-sejarah yang luar biasa serta menarik untuk di kunjungi terutama di kalangan pelajar.
  1. Saran – saran
Adapun Saran – saran kami untuk kedepannya yaitu :
v  Kita harus menjaga dan melestarikan Museum-museum bersejarah yang ada di Indonesia, Khususnya Museum Konferensi Asia Afrika
v  Kita harus meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) di masa yang akan dating
v  Harapan kami, jika nanti di adakan Study Wisata, waktu yang di berikan kepada siswa untuk melakukan Observasi lebih banyak lagi dan harus sesuai jadwal yang telah di tentukan.

DAFTAR PUSTAKA




0 komentar:

Posting Komentar