ASAL USUL CANDI BOROBUDUR
Karya Tulis ini Disusun
Sebagai Salah Satu Syarat
Guna Menempuh Ujian Akhir
Sekolah / Ujian Akhir Nasional ( UAS / UAN )
Tahun Pelajaran 2014 /
2015
Disusun Oleh :
1.
Priya Hardiyanto (24)
2.
Syarifudin (32)
3.
Tuti Tania (34)
4.
Seni Feri Yanti (37)
MTs MA’ARIF KARANGSAMBUNG
Tahun Pelajaran 2014 / 2015
LEMBAR PENGESAHAN
Karya tulis yang berjudul “ ASAL USUL CANDI BOROBUDUR”
disususn sebagai salah satu syarat guna mengikuti Ujian Akhir Sekolah/Ujian
Akhir Nasional (UAS/UAN) tahun pelajaran 2014/2015 yang telah disetujui dan
disahkan
Di :
Hari :
Tanggal :
Kepala Madrasah
Muhammad
Ma’mun, S.Pd.I
|
Pembimbing
Nurbekti
Styaningsih, S.Pd
|
MOTTO
Kesuksesan tidak akan mendatangimu, tetapi kamulah yang harus menjemputnya
( Priya Hardianto )
Hiduplah dengan imajinasimu, bukan dalam masa lalumu ( Syarifudin )
Berusahalah menjadi yang terbaik, jangan berpikir dirimu yang terbaik ( Tuti Tania )
Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, tetpi keberhasilan yang tertunda ( Seni Feri Yanti )
PERSEMBAHAN
Karya tulis ini kami
persembahkan kepada :
1. Bapak Ibu kami tercinta
yang telah memberikan motifasi, kasih saying lahir dan batin.
2. Bapak Muhammad Ma’mun, S.
Pd. I. selaku kepala MTs Ma’arif Karangsambung.
3. Ibu Uswatun Khasanah
selaku wali kelas IX B
4. Ibu Nurbekti
Setyaningsih, S. Pd. selaku guru Bahasa Indonesia dan pembimbing karya tulis.
5. Bapak Ibu guru dan
karyawan Mts Ma’arif Karangsambung
6. Teman-teman kelas IX dan
adik-adik kelas VII, VIII MTs Ma’arif Karangsambung.
7. Pembaca yang budiman.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufik, hidayah
serta inayah kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis yang
berjudul “ ASAL USUL CANDI BOROBUDUR “ secara lancar.
Karya tulis ini disusun
sebagai salah satu syarat mengikuti Ujian Akhir Nasional / Ujian Akhir Sekolah
( UAN / UAS ) MTs Ma’arif Karangsambung tahun pelajaran 2014/2015. Untuk itu
kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Ibu kami tercinta
yang telah memberikan motifasi, kasih saying lahir dan batin.
2. Bapak Muhammad Ma’mun, S.
Pd. I. selaku kepala MTs Ma’arif Karangsambung.
3. Ibu Uswatun Khasanah
selaku wali kelas IX B
4. Ibu Nurbekti
Setyaningsih, S. Pd. selaku guru Bahasa Indonesia dan pembimbing karya tulis.
5. Bapak Ibu guru dan
karyawan Mts Ma’arif Karangsambung serta teman-teman yang telah member dorongan
kepada kami dalam menyusun karya tulis ini.
6. Semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyusun karya tulis ini.
Kami menyadari dalam
menyusun karya tulis ini masih banyak ksalahan dan jauh dari sempurna. Untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi terciptanya
kesempurnaan. Kami berharap semoga karya tulis ini berguna dan bermanfaat bagi
para pembaca.
Karangsambung, Februari
2015
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................
ii
MOTTO..........................................................................................................................
iii
PERSEMBAHAN...........................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR.....................................................................................................
v
DAFTAR ISI..................................................................................................................
vi
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................
1
A. Latar Belakang...................................................................................................
1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................
2
C. Tujuan Penelitian..............................................................................................
2
BAB II ISI......................................................................................................................
3
A. Beberapa Penafsiran Nama
Borobudur.............................................................
3
B. Arti atau Makna Candi
Borobudur...................................................................
4
C. Pendiri dan Waktu
Didirikan...........................................................................
5
D. Penemuan Kembali............................................................................................
6
E. Penyelamatan Candi
Borobudur.......................................................................
7
F. Bangunan Candi Borobudur.............................................................................
9
BAB III PENUTUP........................................................................................................
15
A. Kesimpulan........................................................................................................
15
B. Saran...................................................................................................................
15
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................
16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa
Tengah. Candi Borobudur merupakan candi Budha terbesar kedua setelah candi
Ankor Wat.
Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km disebelah barat daya Semarang dan
40 km disebelah barat laut Yogyakarta.
Candi Borobudur didirikan oleh penganut agama Budha Mahayana sekitar tahun
800-an Masehi pada masa pemerintahan Wangsa Syailendra.
Pendiri Borobudur adalah raja dari dinasti Syailndra bernama Samaratungga
sekitar 824 M.
Bangunan Borobudur berbentuk punden berundak terdiri dari 10 tingkat
tingginya 42 meter sebelum direnovasi dan 34,5 meter setela direnovasi karena
tingkat paling bawah digunakan sebagai penahanan.
Arti atau makna candi Borobudur secara filosofis merupakan lambang dari
alam semesta atau dunia COSMOS. Dan candi ini juga digunakan sebagai tempat
penganut Budha atau sebagai salah satu kepercayaan orang-orang Budha terhadap
Tuhannya.
Fungsi candi Borobudur
1) Tempat menyimpan relic
atau disebut Dhatugarba
2) Tempat sembahyang atau
beribadah Budha
3) Merupakan lambang suci
bagu umat Budha
4) Tanda pengingatan dan
penghormatan sang Budha
Selain diatas candi Borobudur juga sebagai tempat taman
wisata. Untuk itu kami ingin mengetahui asal-usul candi Borobudur
B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana sejarah candi
Borobudur
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui lebih dalam
sejarah candi Borobudur
2. Sebagai tujuan
persyaratan UAN/UAS
3. Untuk menambah wawasan
dan ilmu pengetahuan
BAB II
ISI
A. Beberapa Penafsiran Nama
Borobudur
Berbagai
pendapat dari para ahli antara lain :
1. Kitab Negara Kertagama
Naskah dari tahun 1365
Masehi yaitu kitab Negara Kertagama karangan Mpu Prapanca, menyebutkan kata “
Budur” untuk sebuah bangunan agama Budha dari aliran Wajradha. Kemungkinan yang
ada nama “Budur” tersebut tidak lain adalah candi Borobudur.
2. Sir Thomas Stamford
Raffles
Penafsiran tentang candi
Borobudur juga telah dilakukan oleh Raffles berdasarkan keterangan dari
masyarakat luas yang menafsirkan bahwa “Budur” merupakan bentuk lain dari
“Budo” yang dalam bahasa jawa berarti kuno. Tetapi bila dikaitkan dengan
Borobudur berarti “Boro Jaman Kuno” jelas
tidak mengandung suatu pengertian yang dapat dikaitkan dengan candi Borobudur.
Dengan demikian Borobudur berarti Sang Budha yang Agung.
Namun karena “Bhara”
dalam bahasa jawa kuno dapat diartikan banyak, maka Borobudur dapat juga
berarti “Budha yang banyak”.
3. Poerbatjaraka
Menurut beliau “Boro”
berarti “Biara” dengan demkian Borobudur berarti “Biara Budur”. Penafsiran ini
memang sangat menarik mendekati kebenaran berdasarkan bukti-bukti yang ada.
Penyelidikan dan
penggalian yang dlakukan tahun 1952 di halaman sebelah barat laut bangunan
candi Borobudur telah berhasil menemukan fondasi batu-batu dan genta perunggu
berukuran besar.
Selanjutnya jika
dihubungkan dengan kitab Negara Kertagama mengenai “Budur” maka besar
kemungkinan penafsiran Poerbatjaraka adalah benar dan tepat.
4. De Casparis
De Casparis menemukan
kata majemuk dalam sebuah prasasti yang kemungkinan merupakan asal kata
Boroudur. Dalam prasati SRI KAHULUNAN yang berangka 842 Masehi dijumpai kata
“Bhumi Sambhara Budhara” yaitu suatu sebutan untuk bangunan suci pemujaan nenek
moyang atau disebut kuil.
5. Drs. Soediman
Didalam bukunya
“Borobudur Salah Satu Keajaiban Dunia”, menyebutkan bahwa arti nama Borobudur
sampai sekarang masih belum jelas. Dijelaskan pula bahwa Borobudur berasal dari
dua kata yaitu “Bara” dan “Budur”. Bara berasal dari bahasa sanskerta “Vihara”
yang berarti kompleks candi dan “Bihara” yang berarti asrama. “Budur” dalam
bahasa Bali “Beduhur” yang artinya diatas. Jadi nama Borobudur berarti asrama
atau vihara dan kelompok candi yang terletak diatas tanah yang tinggi atau
bukit.
B. Arti atau Makna Candi
Borobudur
Arti atau makna Candi Boobudur secara filosofis adalah
merupakan lambang dari alam semesta atau duni cosmos. Menurut ajaran Budha,
alam semesta dibagi menadi tiga unsur atau dhatu dalam bahasa sanskerta :
Ketiga susunan itu meliputi
1. Unsur nafsu, hasrat atau
kamadhatu.
2. Unsur wujud, rupa, bentuk
atau rupadhatu.
3. Unsur tak berwujud, tanpa
rupa, tak berbentuk atau arupadhatu.
Pradaksin merupakan tata
cara bagi peziarah yang akan menuju ketingkat tertinggi (arupadhatu) di candi
Borobudur. Pradaksina yaitu berjalan keliling mengikuti candi menurut kearah
jarum jam sebagai upacara penghormatan dengan selalu menyebelah kanankan pusat
candi.
C. Pendiri dan Waktu
Didirikan
Menurut Prof. Dr. Soekomono dalam bukunya “Candi
Borobudur a Momentum of Mainkind (UNESCO 1976)”, menyebutkan bahwa tulisan
singkat yang dipahatkan diatas pigura-pigura relief kaki candi (Karmawibangga)
mewujudkan suatu garis huruf yang bisa diketemukan pada berbagai prasasti dari
akhir abad 8 sampai awal abad 9.
Sebuah prasasti yang berasal dari abad 9 yang diteliti
oleh Prof. Dr. J. G. Caspris, menyingkap silsilah tiga wangsa Syailendra yang
berturut-turut memegang pemerintahan yaitu Raja Indra, Putranya Samaratungga,
kemudian Putri Samaratungga Pramoda Wardani. Pada waktu raja Samaratungga
berkuasa mulailah dibangun candi yang bernama Bhumi Sam Bhara Budhara, yang
dapat ditafsirkan sebagai bukit peningkatan kebajikan, setelah melampaui
sepuluh tingkat Bhodisatwa.
Dari tokoh Jarques Dumarcaya seorang arsitek Perancis
memperkirakan bahwa candi Borobudur berdiri pada zaman keemasan dinasti
Syailendra yaitu pada tahun 750-850 M.
Lebih lanjut Dumarcay merinci bahwa candi Borobudur
dibangun daam 5 tahap dengan perkiraan sebagai berikut :
Tahap I ± tahun 775 M
Tahap II ± tahun 790 M (bersamaan dengan Kalasan II, Lumbung I, Sojiwan I)
Tahap III ± tahun 810 M (bersamaan dengan Kalasan III, Sewa III, Lumbung
III dan Sojiwan II).
Tahap IV ± tahun 835 M (bersamaan dengan Gedong Songo grup I, Sambi Sari,
Badut I, Kuning, Banon, sari dan Plaosan)
(Sumber : The Temple of
Java ; Jocques Dumarcay ; 1989 : 22)
Setelah selesai dibangun, selama seratus lima puluh
tahun, Borobudur merupakan pusat ziarah megah bagi penganut Budha. Tetapi
dengan runtuhnya kerajaan Mataram sekitar tahun 930 M, pusat kekuasaan dan
kebudayaan pindah ke Jawa Timur dan Borobudur hilang terlupakan karena gempa
dan letusan gunung Merapi itu melesak mempercepat keruntuhannya. Sedangkan
semak elukar tropis tumbuh menutupi Borobudur dan pada abad-abad selanjutnya
lenyap ditelan sejarah (Yasir Marjuki dan
Toeti Herati, 1989).
D.
Penemuan Kembali
Pada abad ke 18 Borobudur
pernah disebut dalam salah satu kronik Jawa, Babad Tanah Jawa. Hal ini
merupakan petunjuk bahwa bangunan candi itu tidak lenyap dan hancur seluruhnya.
Tetapi baru pada masa
pemerintahan Inggris yang singkat ( 1811-1816 ) dibawah Sir Thomas Stamford
Raffles pada tahun 1814, candi Borobudur dibangkitkan dari tidurnya. Tahun 1915
ditugaskanlah H.C. Cornelius seorang perwira zeni agar mengadakan penyelidikan.
Tahun 1885 J.W.Ijzerman
mengadakan penyelidikan dan mendapatkan bahwa dibelakang batur kaki candi ada
lagi kaki candi lain yang ternyata dihias dengan dengan pahatan-pahatan relief,
kaki J.W.Ijzerman termasuk dengan desas-desas relief misterius yang
menggambarkan teks Krama Wibangga.
E.
Penyelamatan Candi Borobudur
1. Pemugaran Pertama ( VAN
ERP tahun 1907-1911 )
Pada tahun 1900
dibentuklah suatu panitia khusus, diketuai Dr. J. L. A. Brandes. Tapi saying
pada tahun 1905 meninggal dunia dan pada tahun 1902 membuahkan rancangan
pemugaran. Tahun 1907 dimulai pemugaran besar-besaran yang pertama kali dan
dipimpin oleh Van Erp.
2. Pemugaran Kedua
Pada tahun 1963 oleh
pemerintah Republik Indonesia dengan menyediakan dana yang cukup besar. Namun
usaha ini terhenti dengan adanya pemberontakan G 30 S / PKI
Pada tahun 1968 membentuk
Panitia Nasional dan dibantu oleh UNESCO untuk membantu pemugaran. Pada tahun
1969 presiden membubarkan Panitia Nasional dan membebankan tugasnya kepada
Menteri Perhubungan, bahwa rencana pemugaran candi Borobudur menjadi proyek
dalam Repelita.
Pada tanggal 10 Agustus
1973 Presiden Soeharto meresmikan dimulainya pemugaran candi Borobudur.
Kegiatan ini memakn waktu 10 tahun. Dan pada tanggal 23 Februari 1983 pemugaran
candi Borobudur dinyatakan selesai dengan diresmikan oleh Presiden Soeharto
dengan ditandai penandatanganan prasasti.
Prasasti tersebut
bertuliskan :
Pada bagian yang
mengahdap ke utara :
“ Dengan Rahmat Tuhan
Yang Maha Esa Pemugaran Candi Borobudur Diresmikan oleh Presiden Republik
Indonesia “
Soeharto, Borobudur, 23
februari 1983.
Pada bagian yang
menghadap ke timur :
“ Dalam Melaksanakan Pemugaran Candi Borobudur Pemerintah Indonesia
Bekerjasama dengan UNESCO dibawah Pimpinan Direktorat Jendral A. MADOUMAHTAR
M’BOW telah menerima sebagai berikut ”
Negara anggota UNESCO :
Australia, Belanda,
Belgia, Birma, Cyprus, Ghana, India, Italia, Inggris, Irak, Iran, Italia,
Jepang, Jerman Barat, Kuwait, Luxemburg, Malaysia, Mauritius, Nigeria,
Pakistan, Perancis, Philipina, Qatar, Selandia Baru, Singapura, Spanyol, Swiss,
Tanzania, Thailand.
Pihak swasta :
-
Rakyat Indonesia didalam dan diluar negeri
-
American Comite for Borobudur Inc.
-
Japan Association for the Restoration of Borobudur in Cooperation with the
Asian Cultural Centre for UNESCO
-
Commemorative Association of the Japan World Exporition
-
Netherland National Committee for Borobudur
-
General Lettery in the Netherland
-
Borobudur Restoration Supporting Group in Nagoya
-
JDR 3rd Fund New York
-
International Bussiness Machiness Corporation
Menurut Prof. Soekomono,
sesungguhnya candi Borobudur mempunyai nilai lain daripada sekedar sebagai
obyek wisata yaitu sebagai benteng pertahanan kebudayaan kita.
F.
Bangunan Candi Borobudur
1. Arsitektur Bangunan
Candi Borobudur didirikan pada sebuah bukit seluas ±
7,8 ha pada ketinggian 265,40 meter diatas permukaan air laut atau berada ± 15
meter diatas bukit disekitarnya. Untuk menyesuaikan degan profil candi yang
akan dibangun, bukit diurug dengan ketinggian bervariasi antara 0,5 m – 8,50 m.
bentang ( ukuran ) candi yang diurug
dari dinding terluas adalah 121,70 m x 121,40 m dengan tinggi bangunan yang
masih tersisa 35,40 m dari tanah halaman.
Denah candi Borobudur
menyerupai bujur sangkar dengan 36 sudut pada dinding teras 1,2 & 3 tersusun
dari batu andesit dengan system dry masorry ( tanpa perekat ) diperkirakan
mencapai 55.000 m3 atau 2.000.000 balok batu. Untuk memperkuat
kontruksi dipergunakan sambungan batu tipe ekor burung kearah horizontal,
sedangkan untuk arah vertical dengan system getakan. Dikatakan pula bahwa
seluruh stupa prasada dapat dibagi dalam 3 bagian dimana pembagian ini dapat
pula menyatakan perbedaan dari :
1. Dunia nafsu, hasrat, yang
dimaksud Khamadatu
2. Dunia bentuk, wujud, rupa
yang disebut Rupadhatu dan
3. Dunia tanpa bentuk, tanpa
wujud, tanpa rupa disebut Arupadhatu
Dengan uraian tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa menurut Sutterhiem bentuk semula yang dipunyai
candi Borobudur adalah sama dengan bentuk yang dipunyai sekarang.
Dari aspek seni bangunan
ada 2 bentuk seni arsitektur yang dipadukan yaitu
1. Hindhu Jawa Kuno
Yaitu adanya punden berundak, relief maupun Budha yang sedang bermeditasi.
2. India
Yaitu adanya stupa, Budha dan lantai yang bundar.
2. Susunan Bangunan
Bangunan candi Borobudur
berbentuk limas berundak dan apabila dilihat dari atas merupakan suatu bujur
sangkar. Tidak ada ruangan dimana orang bisa masuk, melainkan hanya bisa naik
sampai terasnya.
Secara keseluruhan
bangunan candi Borobudur terdiri dari 10 tingkat atau lantai yang masing-masing
tingkat mempunyai maksud tersendiri. Sebagai sebuah bangunan, candi Borobudur
dapat dibagi dalam tiga bagian yang terdiri dari kaki atau bagian bawah, tubuh
atau bagian pusat dan puncak.
a. Khamadatu
Menggambarkan adegan dari kitab Kurmawibangga yaitu naskah yang
menggambarkan ajaran sebab akibat, serta perbuatan yang baik dan jahat.
b. Rupadhatu
Dalam dunia ini manusia telah meninggalkan segala hasrat, nafsu tetapi
masih terkait pada nama dan rupa, wujud, bentuk. Bagian ini terdapat pada
tingkat 1-5 yang berbentuk bujur sangkar.
c. Arupadhatu
Pada
tingkat ini manusia telah bebas sama sekali dan telah memutuskan untuk
selama-lamanya segala ikatan pada dunia fana. Pada tingkat ini tidak ada rupa.
Bagian ini terdapat pada teras bundar I, II dan III beserta stupa induknya.
Uraian bangunan secara
teknis dapatlah dirinci sebagai berikut :
-
Lebar dasar candi Borobudur : 123 m ( lebar = panjang karena
bujur sangkar )
-
Tinggi bangunan : 35,4 m setelah restorasi
: 42 m sebelum restorasi
-
Jumlah batu ( batu andesit ) : 55.000 m3 ( 2.000.000 blok batu )
-
Jumlah stupa :
1 stupa induk
: 72 stupa berterawang
-
Stupa induk bergaris tengah :
9,9 m
-
Tinggi stupa induk sampai bagian bawah :
7 m
-
Jumlah bidang relief :
1.460 bidang ( ±2,5 – 3 km )
-
Jumlah patung Budha :
504 buah
-
Tinggi patung Budha :
1,5 m
3. Patung Budha
Candi Borobudur tidak hanya diperindah dengan relief
cerita dan relief hias, tetapi juga patung-patung yang sangat tinggi nilainya.
Patung-patung tersebut menggambarkan Dhyani Budha yang
terdapat pada bagian Rupadhatu dan Arupadhatu. Patung Budha di candi Borobudur
berjumlah 504 buah yang ditempatkan di relung-relung yang tersusun berjajar
pada sisi pagar langkah dan pada teras bundar ( Arupadhatu ).
Patung Budha ditingkat rupadhatu ditempatkan dalam relief
yang tersusun berjajar pada sisi luar pagar langkan. Sedangkan patung-patung
ditingkat arupadhatu ditempatkan dalam stupa-stupa berlubang di 3 susun
lingkaran sepusat.
Susunan patung selengkapnya adalah :
Ditingkat rupadhatu :
-
Langkah Pertama :
104 patung Budha
-
Langkah Kedua : 10 patung Budha
-
Langkah Ketiga : 88 patung Budha
-
Langkah Keempat : 72 patung Budha
-
Langkah Kelima : 64 patung Budha
Jumlah
seluruhnya : 432 patung
Budha
Tingkat arupadhatu :
-
Teras Bundar Pertama : 32 patung Budha
-
Teras Bundar Kedua : 24 patung Budha
-
Teras Bundar Ketiga : 16 patung Budha
Jumlah seluruhnya : 72 patung Budha
Apabila kita melihat
sekilas patung Budha itu Nampak serupa semuanya, tetapi sesungguhnya ada juga
perbedaan – perbedaannya. Perbedaan yang sangat jelas adalah sikap tangan atau
yang disebut mudra yang merupakan khas untuk setiap patung.
Sikap kedua belah tangan
Budha atau mudra dalam bahasa Sanskerta, memiliki arti perlambangan yang khas.
Ada 6 jenis yang bermakna sedalam-dalamnya. Namun demikian karena macam mudra
yang dimiliki oleh patung-patung yang menghadap semua arah bagian rupadhatu (
lingkaran V ) maupun dibagian arupadhatu pada umumnya menggambarkan maksud yang
sama, maka jumlah mudra yang pokok ada 5 ( Soekomono, 1981 )
Ke 5 mudra itu adalah :
a. Bhumisparca Mudra
Mudra ini menggambarkan sikap tangan sedag menyentuh
tanah. Tangan kiri terbuka dan menengadah di pangkuan, sedangkan tangan kanan
menempel pada lutut kanan dengan jari-jarinya menuju kebawah.
b. Abhaya Mudra
Mudra ini menggambarkan sikap tenang sedang
menenangkan dan mengatakan “ Jangan Khawatir “. Tangan kiri terbuka dan
menengadah dipangkuan, sedangkan tangan kanan diangkat sedikit diatas lutut
kanan dengan telapak menghadap ke muka.
c. Dhyani Mudra
Mudra ini menggambarkan sikap semedi. Kedua tangan
diletakkan dipangkuan, yang kanan diatas yang kiri dengan telapaknya menengadah
dan kedua jempolnya saling bertemu.
d. Wara Mudra
Mudra ini melambangkan pemberian amal. Sepintas sikap
tangan ini Nampak serupa dengan Bhumisparca Mudra tetapi telapak tangan yang
kanan menghadap keatas sedangkan jari-jarinya terletak dilutut kanan.
e. Dharmacakra Mudra
Mudra ini melambangkan gerak memutar roda dharma.
Kedua tangan diangkat sampai kedepan dada, yang kiri dibawah yang kanan. Tangan
dikiri itu menghadap keatas, dengan jari manisnya. Sikap tangan kemudian memang
serupa benar dengan gerak memutar sebuah roda.
4. Kunto Bimo
Terletak pada tingkat arupadhatu lantai pertama
sebelah kanan dari tangga pintu timur.
5. Stupa
Ada 2 macam stupa yaitu
stupa induk dan stupa berlubang
a. Stupa Induk :
Berukuran lebih besar dari stupa-stupa yang lain dan terletak di puncak
sebagai mahkota dari seluruh monumen bangunan candi Borobudur.
Mempunyai garis tengah 9,90 m dan tinggi 7 m. Diatas puncak dahulunya
diberi paying ( chatra ) bertingkat tiga ( sekarang tidak terdapat lagi ).
b. Stupa Berlubang
Stupa berlubang atau berterawang adalah stupa yang terdapat pada teras
bundar I, II dan III yang didalamnya ada 72 buah yang terinci menjadi :
-
Teras bundar pertama terdapat : 32 stupa berlubang
-
Teras bundar kedua terdapat : 24 stupa berlubang
-
Teras bundar ketiga terdapat : 16 stupa berlubang
Jumlah : 72 stupa berlubang
Juga
terdapat stupa-stupa kecil yang jumlahnya ada 1472 buah.
6. Relief
Relief cerita yang
dipahatkan pada candi Borobudur itu sangat lengkap dan panjang yang tidak
pernah ditemui di tempat lain di dunia, bahkan India sekalipun.
Bidang relief seluruhnya
ada 1460 panel yang diukur memanjang mencapai 2.500 m. Sedangkan jenis
reliefnya ada 2 macam yaitu
-
Relief Cerita, yang menggambarkan cerita dari suatu teks atau naskah
-
Relief Hiasan, yang hanya merupakan hiasan pengisi bidang.
Relief cerita pada candi
Borobudur menggamarkan beberapa cerita yaitu :
1. Karma Wibangga, terdiri dari
160 panel, dipahatkan pada kaki tertutup.
2. Lalita Wistara, terdiri
120 panel, dipahatkan pada dinding lorong I bagian atas.
3. Jataka dan Awadana,
terdiri 720 panel, dipahatkan pada lorong I bagian bawah, balustrade lorong I
atas dan bawah serta balustrade II.
4. Gandawyuda, terdiri 460
panel, dipahatkan pada dinding lorong II dan III, balustrade III dan IV serta
Bhadraceri dinding lorong IV.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari semua masalah
tentang ASAL USUL CANDI BOROBUDUR ini ternyata dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Penafsiran nama candi
Borobudur
2. Arti atau makna candi
Borobudur
3. Pendiri dan waktu
didirikan
4. Penyelamatan candi
Boroudur
5. Bangunan candi Borobudur
B.
Saran
1. Madrasah sebaiknya
mempersiapkan pelayanan wisata dengan seaik-baiknya terutama dalam hal
transportasi.
2. Semoga karya ilmiah ini
bisa bermanfaat bagi pembaca
3. Kepada pemerintah agar
selalu menjaga kebersihan lingkungan tempat wisata.
DAFTAR PUSTAKA
- Soekmono, DR. 1981. Candi Borobudur. Pustaka Jaya
thankss
BalasHapus